WALI MURSYID UNTUK KAUM KHOWASH


Insyafilah para Ikhwan, kita ini belum ada apa-apa nya dlm berthoriqoh ini. Hati kita masih banyak lupanya daripada ingatnya, dzikir jaharnya saja masih sering tidaknya daripada iyahnya, bila pun Iyah masih sering hanya DP doang alias 3x, itupun angsurannya kagak dibayar2, khotaman banyak malesnya daripada rajinnya.

Keadaan ini menunjukkan bahwa kita masih dalam kategori awam, bukan khowash atau kelompok khusus yg telah mencapai maqom tertentu. Maka insyafilah keadaan ini, insyafi.... Insyafi.... Insyafilah. 

Bagaimana cara menginsyafinya? Salah satunya dg cara tidak sibuk/ isytighol dalam pembicaraan tentang kehadiran Wali Mursyid, memalingkan diri dari diskusi tidak bermanfaat tentang kehadirannya. 

Ketahuilah, Wali Musryid itu diutus kepada orang-orang khusus, bukan kepada awam. Berbeda dg Nabi yg diutus kepada awam dan khowash secara keseluruhan. Wali Mursyid diutus kepada kaum khowash untuk mengupgrade Perintah & Larangan (al-amr wan-nahy), dan mengupgrade keteguhan amaliyah secara pasti. 

Ini bukan kata saya, saya nggak ada apa-apa nya, Sama-sama awam juga, tapi ini kata Tuan Syekh Abdul Qodir Aljailani qs dalam Sirrul Asror-nya. Maka jika kita ingin diakui murid Tuan Syekh, perhatikanlah pesan tsb. Sebab jika kita membicarakan kehadirannya sama dg pengakuan diri sbg bagian dari kaum khowash, dan ini berbahaya. Karena sebab utama Iblis terusir itu oleh karena pengakuan.


Ibarat Professor yg diutus untuk mengajar mahasiswa, mahasiswanya pun tingkat tinggi. Bukan u semua pelajar. Maka Apa yg terjadi jk semua pelajar membicarakan di segala tempat ttg kehadiran professor bagi dirinya. Dapat diduga mereka akan lalai terhadap tugas pokoknya sbg pelajar, hingga kemudian menjadi bodoh yg pada akhirnya tidak mampu masuk ke Perguruan Tinggi. Ujungnya... mereka gagal berguru/digurui oleh professor. 

Demikianlah kita yg awam yg sibuk membicarakan ttg kehadiran wali mursyid dan lalai terhadap amaliyah, maka kita akan gagal juga. 

Jika demikian, harus kemana/ kepada siapa kita berguru? Tentu saja ke mursyid, namun via murid-muridnya yg sudah layak dan dipercaya, yaitu orang-orang khowash dalam tarekat ini. Mereka lah yg diberi ilmu dan kemampuan amaliyah oleh Alloh melalui bimbingan Wali Mursyid. tanda mereka ini adalah tafakkuh fiddin  alias teguh dalam beragama dg ilmu dan amalnya. Karakternya memiliki sifat mursyidnya, meski tidak sesempurna mursyidnya. 

Wali Mursyid membina khowash, khowash membina umat. Maka umat tetap terhubung dg Mursyid tanpa kebingungan akan kata2/ isyarat2 sang Wali Mursyid. Demikianlah semuanya saling memberikan cahaya sbg wujud al-muhtad alias yg diberi cahaya Alloh sbgmn isyarat Al-Kahfi:17.


Ingat, yg kita bicarakan adalah wali mursyid, bukan wali tanpa Mursyid.


Acep A. Rijalulloh.

(Ang Acep) 


Next Post
No Comment
Add Comment
comment url
Related Post
Tasawuf